Setelah mengikuti Dialog Profesi IALI (Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia), saya mendapat banyak ilmu baru tentang tempat tinggal saya, Bandung, dari Bapak T. Bachtiar dari Anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung.
Saya sudah dapat banyak info bahwa Bandung memang sebuah cekungan, yang dahulunya adalah danau purba. Karena bentuknya yang cekung dan dikelilingi gunung, sudah pasti sulit untuk mengalirkan air ke daratan yang lebih rendah. Seharusnya di Bandung, pada titik-titik terendahnya, dibuatkan area yang memang difungsikan untuk terendam karena titik terendahnya memang ada di dalam Bandung sendiri, yang menurut Pak Bachtiar berada di daerah Buah Batu.
Selain itu, cekungan ini membuat tanah di Bandung berupa endapan-endapan danau yang khas rawa, yang menjadi inspirasi nama-nama kawasan di Bandung yang juga banyak berkaitan dengan air (ranca=rawa, ci=air, situ=danau). Jenis tanah seperti ini menjadikan Bandung rawan likuifaksi dan juga saat terjadi gempa, menjadi sangat mudah untuk bergoyang.
Ada sebuah website buatan pemkot Bandung bernama sitaruna.cityplan yang juga berusaha memberikan gambaran pada warga terkait wilayah-wilayah dimana di Bandung yang rawan bencana (banjir, kebakaran, gempa dan longsor).
Jangan tertipu bahwa gejala-gejala alam tidak mengenal batas administratif (kota/kelurahan dll), maka tentu, border batas wilayahnya tidak akan seperti gambar diatas pada kenyataannya. Namun, tentu dapat dilihat bahwa seluruh wilayah Bandung memang beresiko Gempa sedang. Lalu, menurut Bapak Bachtiar, khalayak ramai sangat fokus kepada patahan Lembang, yang pada kenyataanya, tak hanya patahan Lembang yang berada di sekitar Bandung, namun ada juga Patahan Cimandiri, Baribis, Tomo yang bisa berdampak hingga Bandung.
Selain peta daerah rawan gempa, ada pula peta Jalur Evakuasi Bencana yang mengarah ke Ruang-ruang evakuasi bencana.
Bisa dilihat bahwa, jalur dan ruang evakuasi sangat sedikit dan tidak tersebar secara merata. Menurut T. Bachtiar, Bandung sudah sangat padat sehingga sulit untuk orang mengevakuasi diri. Usul beliau adalah warga bersama-sama iuran dan udunan untuk membeli petak lahan di area mereka sendiri yang bisa dijadikan ruang hijau sekaligus ruang evakuasi.
Pendapat saya pribadi pun, ada baiknya ada usaha untuk mengubah mindset wakaf untuk masjid menjadi wakaf untuk ruang terbuka publik, serta mulai dengan bandung membebaskan lahan-lahan, bisa dengan memadatkan satu petak lahan menjadi bangunan lebih tinggi di waktu bersamaan menambah ruang-ruang hijau.